PGMI – Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kembali mencatatkan momen bersejarah dalam prosesi wisuda program Doktor (S3) ke-39, Magister (S2) ke-64, dan Sarjana (S1) ke-97 pada Sabtu (23/8/2025). Sebanyak 2.023 wisudawan mengikuti prosesi yang digelar di Aula 2 Kampus 3 Gedung Tgk Ismail Yaqub.

Dalam kesempatan tersebut, Wakil Rektor I UIN Walisongo mengumumkan mahasiswa berprestasi yang berhasil meraih penghargaan skripsi terbaik. Salah satunya adalah Nabila Mey Nur Hardini, mahasiswi Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK).

Nabila Mey, begitu ia akrab disapa, lahir di Jombang pada Mei 2002. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, dengan ayah seorang pedagang tahu dan ibu seorang ibu rumah tangga. Kedua orangtuanya hanya mengenyam pendidikan hingga SLTP, dan rumah tangganya berakhir dengan perceraian saat Nabila masih menempuh pendidikan SMA.

Perjalanan akademik Nabila tidak selalu mulus. Ia sempat berhenti kuliah selama setahun karena merasa putus asa dan lebih memilih bekerja. “Saya pernah berpikir untuk tidak kuliah lagi. Tapi saat bekerja, saya merasa disepelekan karena bukan mahasiswa, sementara sebagian besar saudara saya melanjutkan kuliah. Dari situlah saya bangkit dan memutuskan kembali mengejar cita-cita,” ungkapnya.

Keputusan itu menjadi titik balik penting. Nabila meneguhkan tekadnya untuk menempuh studi di UIN Walisongo dengan cita-cita menjadi guru maupun dosen. Meski dikenal sebagai mahasiswa “kupu-kupu”—kuliah pulang kuliah pulang—ia tetap aktif mengasah keterampilan dengan bekerja sebagai guru privat. Selain itu, ia juga dipercaya menjadi bendahara pusat di Pondok Pesantren Life Skill Daarun Najaah.

Dalam skripsinya, Nabila mengangkat tema Pengembangan Modul Aksara Jawa dengan QR Code untuk Peserta Didik Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah. Ia menjelaskan, modul ini dirancang untuk siswa kelas 3–6 SD/MI, dengan inovasi QR Code yang memudahkan akses pembelajaran. “Tujuannya agar anak-anak lebih mudah memahami aksara Jawa sekaligus upaya melestarikan budaya,” jelasnya.

Inovasi itu mendapat apresiasi akademik, sehingga karyanya ditetapkan sebagai skripsi terbaik dalam wisuda kali ini. Nabila mengaku pengalaman paling berharga selama kuliah adalah bisa lulus tepat waktu sekaligus membawa pulang penghargaan tersebut. “Ini jadi momen haru bagi saya, karena perjuangan yang tidak mudah akhirnya terbayar,” katanya.

Meski tidak aktif di organisasi kampus, Nabila tetap menganggap pengalaman kuliah di UIN Walisongo sangat berkesan. Ia bisa menjalin persahabatan dengan teman dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan merasakan pengalaman hidup baru di luar kota kelahirannya.

Kepada mahasiswa lain, Nabila berpesan agar tidak mudah menyerah menghadapi tantangan. “Yang tahu keadaan kita hanya diri kita sendiri. Jadi berusahalah sekeras dan secerdik mungkin untuk mencapai tujuan. Ambil risikonya, atau kita akan terpuruk selamanya,” pungkasnya.