
PGMI – Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang kembali menggelar wisuda ke-39 untuk program doktor (S-3), ke-64 untuk magister (S-2), dan ke-97 untuk sarjana (S-1), Sabtu (23/8/2025). Acara yang berlangsung di Aula 2 Gedung Tgk Ismail Yaqub, Kampus III ini diikuti 2.023 wisudawan dari berbagai program studi.
Dari ribuan lulusan tersebut, salah satu yang mencuri perhatian adalah Rona Muna Azizi, wisudawan terbaik Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK). Mahasiswi asal Brebes ini berhasil lulus dengan predikat cumlaude, meraih IPK 3,91, dan menyelesaikan studi dalam waktu 4 tahun 8 hari.
Rona, yang lahir pada Februari 2003, merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Ayahnya bekerja sebagai sopir, sementara ibunya berdagang. Meski berasal dari keluarga sederhana, orang tuanya selalu menanamkan harapan agar anak-anak mereka bisa meraih pendidikan lebih tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. “Saya ingin memenuhi harapan orang tua agar saya bisa menempuh pendidikan setinggi-tingginya,” ujarnya.
Selama kuliah, Rona banyak terinspirasi dari para dosen, khususnya Achmad Muhammad Kamil, M.Pd., yang menurutnya sosok pengajar penuh dedikasi dan motivasi. Ia juga menulis skripsi berjudul “Analisis Program Gerakan Literasi Sekolah (GLS) dalam Mengembangkan Budaya Literasi Membaca di Kelas IV MI Miftahus Sibyan Tugu”, yang menggarisbawahi pentingnya budaya membaca sejak dini.
Rona mengaku, pengalaman seru selama kuliah adalah bisa bertemu dosen-dosen hebat dan bergaul dengan teman seperjuangan yang selalu mendukung. “Saya banyak belajar, tidak hanya dari kelas, tetapi juga dari semangat dan keteladanan orang-orang di sekitar saya,” tuturnya.
Namun, perjalanan akademiknya tidak selalu mudah. Ia sempat mengalami hambatan dalam menyelesaikan tugas akhir hingga beberapa bulan lamanya. Rona bahkan pesimis dapat mengikuti wisuda di periode ini. “Saya hampir menyerah. Tapi berkat dukungan orang tua, semangat dari dosen pembimbing, dan dorongan teman-teman, saya akhirnya bisa menyelesaikan semuanya,” katanya dengan mata berbinar.
Momen itu menjadi pengalaman paling haru selama kuliah. Ia tidak menyangka bisa berdiri di panggung wisuda sebagai lulusan terbaik. Baginya, pencapaian itu bukan hanya hasil kerja keras pribadi, tetapi juga buah doa dan pengorbanan keluarga.
Meski demikian, Rona tetap rendah hati. Ia menekankan bahwa prestasi yang ia raih bukan akhir perjalanan, melainkan awal dari pengabdian. Ia berharap bisa menjadi guru madrasah yang menginspirasi siswanya kelak.
Menutup kisahnya, Rona berpesan kepada mahasiswa lain untuk tidak mudah menyerah. “Proses perkuliahan memang tidak mudah, tapi tetaplah semangat. Dengan usaha, doa, dan dukungan orang-orang terdekat, semua bisa diselesaikan,” pungkasnya.